Minggu, 23 November 2008

Keranjang Takakura Sendiri

Sebenernya kita sudah ga perlu lagi buat keranjang takura, karena semua limbah dapur masuk kedalam Tong Komposter, tapi lumayan buat nambah2 ilmu



Membuat Keranjang Takakura Sendiri
Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan proses pengomposan aeraob di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan kenyamanan bagi mikroorganisme. Proses pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik – idealnya sampah organik tercacah - ke dalam keranjang setiap harinya dan kemudian dilakukan kontrol suhu dengan cara pengadukan dan penyiraman air.

Alat/bahan:

No Bahan/ Alat Jumlah Satuan
1 Sekam Secukupnya
2 Pupuk ampas tebu Secukupnya
3 Mikroorganisme cair Secukupnya
4 Kompos 8 Kg
5 Sampah organik 2 KK
6 Keranjang plastik 2 unit
7 Jarum jahit 2 Buah
8 Benang nilon 1 Roll
9 Jaring 1 Meter
10 Gunting 1 Buah
11 Kertas kardus Secukupnya
12 Termometer 2 buah
13 Kain stocking 0,5 meter
14 Sprayer 1 unit
15 Bak plastik 2 buah
16 Air PDAM Sesuai kebutuhan
17 Garu kecil 1 buah


1. Siapkan bak dan isi dengan sekam secukupnya, lalu ambil mikroorganisme cair, tuangkan ke dalam sprayer.
2. Semprotkan mikroorganisme cair dengan menggunakan sprayer secara merata dengan sesekali mengaduk sekam dengan tangan.
3. Gunting jaring untuk membuat dua kantong sesuai ukuran alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.
4. Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal;
5. Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran sekeliling keranjang lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.
6. Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, letakkan bantal sekam pada alas keranjang.
7. Semprot Microorganisme cair pada permuakaan luar dalam kardus dan bantal sekam dengan menggunakan sprayer hingga basah merata.
8. Siapkan bak lalu isi dengan kompos dan pupuk ampas tebu lalu aduk hingga merata.
9. Masukkan campuran kompos dan pupuk ampas tebu ke dalam keranjang yang sudah terlapisi kardus
10. Masukkan sampah organik segar yang sebelumnya telah dicacah terlebih dahulu, sesekali menekan sampah dengan cetok hingga sanpah berada di tengah-tengah campuran pupuk kompos dan pupuk ampas tebu;
11. Masukkan termometer sebagai alat pengukur suhu pada saat proses pengomposan.
12. Lapisi permukaan atas dengan menggunakan bantal sekam yang sudah disemprot dengan Mikroorganisme cair.
13. Setelah terlapisi dengan bental sekam, tutup bagian mulut keranjang dengan menggunakan kain stocking agar serangga kecil tidak masuk.
14. Setelah keranjang tertutup kain stocking, ambil penutup dari keranjang tersebut lalu tutup dan tekan hingga rapat dan kuat.

Catatan :
a) Pilih kain stocking yang berpori dan bahan yang awet sehingga tidak mengganggu respirasi.
b) Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah.
c) Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan sampah ditekan dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak terlihat.
d) Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika hancur.
e) Cuci kain penutup jika dirasa kotor.
f) Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.
g) Keranjang Takakura dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Keranjang ini dipatenkan Pusdakota Ubaya untuk menjaga kemungkinan komersialisasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan diri

MOL Peuyeum

Dalam perjalanan pulang outing dari wisma dolken cisarua, ada yang minta berhenti untuk cari oleh-oleh.
Karena dirumah sedang kosong, sedang jalan2 ke surabaya, jadi tidak ikut sibuk cari oleh2.
Bosen nunggu yang lain cari oleh-oleh, iseng juga ikut jalan-jalan, eh nemu tukang peuyeum, hmmm jadi inget deh ama 'penghuni rumah', akhirnya diputuskan buat beli peyeum untuk di buat mol.
Tawar menawar harga dapet lah sekilo 5K, tau kemahalan apa ga, yg penting dapet peuyeum buat MOL.
Sampai dirumah istirahat sebentar ...malamnya baru deh inget buat cari botol kosong,se isi rumah di ubek ga nemu botol kosong,iseng2 buka kulkas. ternyata nemu satu di kulkas, langsung deh di isi dengan potongan kecil peyeum, lalu di isi air + Gula.
Ahh selesai sudah tinggal nunggu saja 4-5 hari.
Ilmu buat pembuatan MOL ini saya dapatkan dari Pak Sobirin.

Starter Kompos dari Akar Rumput

Starter Kompos dari Akar Rumput
November 19, 2007 · 10 Comments

Sumber Kompas

JAKARTA, KOMPAS - Petani Indonesia kini tidak perlu membeli mikroorganisme starter pengomposan yang diimpor dari Jepang. Sebab, starter ini mudah diciptakan dengan bahan dasar akar rumput gajah (Pennisetum purpureum).

Demikian dikatakan oleh Nadia Larasati Utami, mahasiswa semester tujuh Institut Pertanian Bogor Jurusan Agribisnis yang menerima anugerah Festival Pemuda Berprestasi 2007 di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Kamis (15/11).

Penelitian yang dilakukan Nadia bersama keempat rekannya berhasil menemukan Rhizos, yaitu starter kompos berbahan dasar akar rumput gajah.

Penelitian ini mereka lakukan didorong oleh keinginan menghilangkan ketergantungan petani Indonesia terhadap impor mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat proses pengomposan.

Untuk menciptakan starternya, Nadia mencacah akar rumput gajah kemudian direndam air hingga bisa bercampur merata.

Untuk membiakkan mikroorganisme, air itu dituangkan ke media tumbuh bakteri berupa dedak halus dan bekatul yang diberi pangan khusus bagi mikroorganisme. Makanan itu berupa penyedap rasa, terasi, dan gula.

“Cairan ini diinkubasi selama tujuh hari dan diaduk setiap dua hari agar pembiakannya merata. Setelah tujuh hari, cairan yang mengental itu dapat berubah langsung menjadi starter untuk pengomposan, ” ujar Nadia.

Lebih murah
Produksi Rhizos ini sudah bisa dipasarkan untuk masyarakat dan harganya lebih murah dibandingkan dengan starter impor dari Jepang.

Per satu liter Rhizos, ia menjual seharga Rp 17.000, sedangkan harga grosirnya Rp 10.000.

Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan starter pengomposan berupa EM4 (Effective Microorganism 4) yang diimpor dari Jepang yang dijual Rp 20.000 per liter.

Biopestisida
Penelitian Nadia tak berhenti di situ, kompos yang starternya menggunakan Rhizos buatannya terbukti di laboratorium mengandung unsur hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) lebih banyak ketimbang pupuk kompos yang menggunakan EM4.

Bahkan, dengan tingginya unsur hara yang ada di kompos buatannya, kompos ini menjadi pestisida alami (biopestisida) terhadap tanaman caisim (Brassica campestris) yang rawan terserang penyakit akar gada atau akar bengkak yang disebabkan oleh patogen jamur Plasmodiophora brassicae.

“Unsur hara yang ada dalam kompos yang dikembangkan dengan Rhizos mampu mencegah penyakit melekatnya jamur pada akar caisim sehingga produktivitas panen caisim tidak akan terganggu akibat akar gada,” ujar Nadia. (A15)


Diambil dari http://mediatani.wordpress.com/2007/11/19/starter-kompos-dari-akar-rumput/

Minggu, 02 November 2008

Bipori

Biopori akhirnya sudah di install di rumah meski baru dua lubang, tapi lumayan setidaknya sudah ada, setalah selesai dua lubang bingung juga nyari sampah organik hehehehe, semua sampah basah sudah ada penampungnya sih di komposter, sudah 1 tahun ini di tampung disana, kemarin sempet liat wahhhh gemuk sekali tuh belatung, kembali ke biopori, setelah bingung cari sampah basah, akhirnya kita ambil saja ilalang sebrang jalan, yg nutupin selokan, lumayan buat ngurangi hambatan di selokan, ternyata baru di cukur dikit aja sudah penuh tuh lubang, minggu depan buat lubang lagi depan jendela kamar biar air dari atap ada penampungnya sekaligus di tembok mulut bioporinya biar kokoh ga ketimbun tanah.