Minggu, 21 Desember 2008

Hikmah Menanam Pohon

Diriwayatkan, ada seorang laki-laki bertemu Abu Darda' yang sedang menanam pohon. Kemudian, laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda', ''Hai Abu Darda', mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedangkan pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya.'' Abu Darda' menjawab, ''Bukankah aku akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?''

Bagi sebagian orang menanam pohon adalah hal sepele. Apalagi bila umur telah lanjut seperti Abu Darda'. Namun, Islam sebagai agama yang kaffah mengajarkan untuk cinta lingkungan. Menanam pohon adalah ibadah dan bila pohon tersebut berbuah dan buahnya dimakan burung dan manusia maka di hadapan Allah SWT itu bernilai sedekah.

Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad menyebut cerita seorang sahabat Rasulullah SAW, ''Saya mendengar Rasulullah SAW membisikkan pada telingaku ini, 'Siapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurusnya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah SWT'.'' (HR Ahmad).

Manusia sebagai pengemban kekhilafahan di muka bumi harus menghormati eksistensi pohon. Sebagai penunjang kehidupan, pohon diamanahi Allah SWT mengatur siklus air, menyimpannya dalam pori-pori akar yang kokoh. Menghindarkan manusia dari bencana longsor dan banjir. Kehadiran pohon berguna memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buahnya lezat dimakan dan batangnya dimanfaatkan untuk membangun rumah. Daunnya untuk makanan ternak.

Melalui mekanisme hujan, pohon yang ditanam manusia tumbuh. Dan dengan itu Allah menumbuhkan buah-buahan dari pohon yang kita tanam sebagai rezeki bagi manusia. Sebagaimana firman Allah SWT, ''Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu Mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.'' (QS al-Baqarah [2] : 22).

Tuntunan Islam memelihara pohon juga berlaku saat terjadi perang. Nabi Muhammad berkal-kali memesankan kepada para sahabatnya, dalam peperangan janganlah kalian membunuh wanita, anak-anak, dan jangan menebang/merusak tanaman (pohon).

Maka, sungguh relevan ketika penggundulan hutan mulai berdampak negatif bagi kehidupan kita, kebiasaan menanam pohon kita tradisikan kembali. Demi anak cucu kita, demi melestarikan sunahnya.

Rabu, 17 Desember 2008

Markisa Berbuah!!

Setelah lama menunggu, Bulan April di tanam, buah markisa hadiah dari mekarsari akhirnya berbuah juga....meski baru satu :P
Setelah di teliti lebih lama ternyata disana sini sudah mulai banyak kuncup bunganya, ada yg masih kecil ada yg sudah mulai mekar.
Sistem penanaman kita senderin saja di pagar depan rumah dan di rambatin ke bergola, menutupi bagian depan bergola.
Moga moga saja bunganya banyak, jadi penasaran nih pengen tau bau nya, menurut artikel yang kita baca sih katanya harum terutama di pagi hari.
Tadi pagi di coba cium satu bunga belum tercium apa apa mungkin karena baru mau mekar kali yach ...
Wahh senengnya akhirnya markisa kita mulai berbunga bahkan satu sudah jadi buah lumayan sebesar bola tenis.
Jadi ga sabar nih pengen tau rasanya.

Minggu, 23 November 2008

Keranjang Takakura Sendiri

Sebenernya kita sudah ga perlu lagi buat keranjang takura, karena semua limbah dapur masuk kedalam Tong Komposter, tapi lumayan buat nambah2 ilmu



Membuat Keranjang Takakura Sendiri
Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan proses pengomposan aeraob di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan kenyamanan bagi mikroorganisme. Proses pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik – idealnya sampah organik tercacah - ke dalam keranjang setiap harinya dan kemudian dilakukan kontrol suhu dengan cara pengadukan dan penyiraman air.

Alat/bahan:

No Bahan/ Alat Jumlah Satuan
1 Sekam Secukupnya
2 Pupuk ampas tebu Secukupnya
3 Mikroorganisme cair Secukupnya
4 Kompos 8 Kg
5 Sampah organik 2 KK
6 Keranjang plastik 2 unit
7 Jarum jahit 2 Buah
8 Benang nilon 1 Roll
9 Jaring 1 Meter
10 Gunting 1 Buah
11 Kertas kardus Secukupnya
12 Termometer 2 buah
13 Kain stocking 0,5 meter
14 Sprayer 1 unit
15 Bak plastik 2 buah
16 Air PDAM Sesuai kebutuhan
17 Garu kecil 1 buah


1. Siapkan bak dan isi dengan sekam secukupnya, lalu ambil mikroorganisme cair, tuangkan ke dalam sprayer.
2. Semprotkan mikroorganisme cair dengan menggunakan sprayer secara merata dengan sesekali mengaduk sekam dengan tangan.
3. Gunting jaring untuk membuat dua kantong sesuai ukuran alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.
4. Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal;
5. Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran sekeliling keranjang lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.
6. Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, letakkan bantal sekam pada alas keranjang.
7. Semprot Microorganisme cair pada permuakaan luar dalam kardus dan bantal sekam dengan menggunakan sprayer hingga basah merata.
8. Siapkan bak lalu isi dengan kompos dan pupuk ampas tebu lalu aduk hingga merata.
9. Masukkan campuran kompos dan pupuk ampas tebu ke dalam keranjang yang sudah terlapisi kardus
10. Masukkan sampah organik segar yang sebelumnya telah dicacah terlebih dahulu, sesekali menekan sampah dengan cetok hingga sanpah berada di tengah-tengah campuran pupuk kompos dan pupuk ampas tebu;
11. Masukkan termometer sebagai alat pengukur suhu pada saat proses pengomposan.
12. Lapisi permukaan atas dengan menggunakan bantal sekam yang sudah disemprot dengan Mikroorganisme cair.
13. Setelah terlapisi dengan bental sekam, tutup bagian mulut keranjang dengan menggunakan kain stocking agar serangga kecil tidak masuk.
14. Setelah keranjang tertutup kain stocking, ambil penutup dari keranjang tersebut lalu tutup dan tekan hingga rapat dan kuat.

Catatan :
a) Pilih kain stocking yang berpori dan bahan yang awet sehingga tidak mengganggu respirasi.
b) Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah.
c) Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan sampah ditekan dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak terlihat.
d) Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika hancur.
e) Cuci kain penutup jika dirasa kotor.
f) Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.
g) Keranjang Takakura dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Keranjang ini dipatenkan Pusdakota Ubaya untuk menjaga kemungkinan komersialisasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan diri

MOL Peuyeum

Dalam perjalanan pulang outing dari wisma dolken cisarua, ada yang minta berhenti untuk cari oleh-oleh.
Karena dirumah sedang kosong, sedang jalan2 ke surabaya, jadi tidak ikut sibuk cari oleh2.
Bosen nunggu yang lain cari oleh-oleh, iseng juga ikut jalan-jalan, eh nemu tukang peuyeum, hmmm jadi inget deh ama 'penghuni rumah', akhirnya diputuskan buat beli peyeum untuk di buat mol.
Tawar menawar harga dapet lah sekilo 5K, tau kemahalan apa ga, yg penting dapet peuyeum buat MOL.
Sampai dirumah istirahat sebentar ...malamnya baru deh inget buat cari botol kosong,se isi rumah di ubek ga nemu botol kosong,iseng2 buka kulkas. ternyata nemu satu di kulkas, langsung deh di isi dengan potongan kecil peyeum, lalu di isi air + Gula.
Ahh selesai sudah tinggal nunggu saja 4-5 hari.
Ilmu buat pembuatan MOL ini saya dapatkan dari Pak Sobirin.

Starter Kompos dari Akar Rumput

Starter Kompos dari Akar Rumput
November 19, 2007 · 10 Comments

Sumber Kompas

JAKARTA, KOMPAS - Petani Indonesia kini tidak perlu membeli mikroorganisme starter pengomposan yang diimpor dari Jepang. Sebab, starter ini mudah diciptakan dengan bahan dasar akar rumput gajah (Pennisetum purpureum).

Demikian dikatakan oleh Nadia Larasati Utami, mahasiswa semester tujuh Institut Pertanian Bogor Jurusan Agribisnis yang menerima anugerah Festival Pemuda Berprestasi 2007 di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Kamis (15/11).

Penelitian yang dilakukan Nadia bersama keempat rekannya berhasil menemukan Rhizos, yaitu starter kompos berbahan dasar akar rumput gajah.

Penelitian ini mereka lakukan didorong oleh keinginan menghilangkan ketergantungan petani Indonesia terhadap impor mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat proses pengomposan.

Untuk menciptakan starternya, Nadia mencacah akar rumput gajah kemudian direndam air hingga bisa bercampur merata.

Untuk membiakkan mikroorganisme, air itu dituangkan ke media tumbuh bakteri berupa dedak halus dan bekatul yang diberi pangan khusus bagi mikroorganisme. Makanan itu berupa penyedap rasa, terasi, dan gula.

“Cairan ini diinkubasi selama tujuh hari dan diaduk setiap dua hari agar pembiakannya merata. Setelah tujuh hari, cairan yang mengental itu dapat berubah langsung menjadi starter untuk pengomposan, ” ujar Nadia.

Lebih murah
Produksi Rhizos ini sudah bisa dipasarkan untuk masyarakat dan harganya lebih murah dibandingkan dengan starter impor dari Jepang.

Per satu liter Rhizos, ia menjual seharga Rp 17.000, sedangkan harga grosirnya Rp 10.000.

Harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan starter pengomposan berupa EM4 (Effective Microorganism 4) yang diimpor dari Jepang yang dijual Rp 20.000 per liter.

Biopestisida
Penelitian Nadia tak berhenti di situ, kompos yang starternya menggunakan Rhizos buatannya terbukti di laboratorium mengandung unsur hara (nitrogen, fosfor, dan kalium) lebih banyak ketimbang pupuk kompos yang menggunakan EM4.

Bahkan, dengan tingginya unsur hara yang ada di kompos buatannya, kompos ini menjadi pestisida alami (biopestisida) terhadap tanaman caisim (Brassica campestris) yang rawan terserang penyakit akar gada atau akar bengkak yang disebabkan oleh patogen jamur Plasmodiophora brassicae.

“Unsur hara yang ada dalam kompos yang dikembangkan dengan Rhizos mampu mencegah penyakit melekatnya jamur pada akar caisim sehingga produktivitas panen caisim tidak akan terganggu akibat akar gada,” ujar Nadia. (A15)


Diambil dari http://mediatani.wordpress.com/2007/11/19/starter-kompos-dari-akar-rumput/

Minggu, 02 November 2008

Bipori

Biopori akhirnya sudah di install di rumah meski baru dua lubang, tapi lumayan setidaknya sudah ada, setalah selesai dua lubang bingung juga nyari sampah organik hehehehe, semua sampah basah sudah ada penampungnya sih di komposter, sudah 1 tahun ini di tampung disana, kemarin sempet liat wahhhh gemuk sekali tuh belatung, kembali ke biopori, setelah bingung cari sampah basah, akhirnya kita ambil saja ilalang sebrang jalan, yg nutupin selokan, lumayan buat ngurangi hambatan di selokan, ternyata baru di cukur dikit aja sudah penuh tuh lubang, minggu depan buat lubang lagi depan jendela kamar biar air dari atap ada penampungnya sekaligus di tembok mulut bioporinya biar kokoh ga ketimbun tanah.

Kamis, 09 Oktober 2008

Embun Jelaga

Embun Jelaga (Capnodium sp., Meliola spp.)

1) Tanaman inang : melati, jeruk, mangga, belimbing, mengkudu, jambu biji.



2) Gejala serangan



Embun jelaga menutupi permukaan atas daun melati (gambar 6). Apabila patogen tersebut membentuk lapisan merata adalah Capnodium sp., sedang yang membentuk kelompok-kelompok hitam berbulu adalah Meliola sp.

3) Epidemiologi

Miselium cendawan ini hanya terdapat di permukaan daun dan tidak masuk ke dalam jaringan. Untuk pertumbuhannya cendawan hanya memakan embun madu yang melekat pada daun.



Gambar 6. Gejala serangan Capnodium sp.
pada tanaman melati (F. Suhardi, Balithi)

Selaput hitam tipis pada permukaan daun tersebut terbentuk dari hifa yang menjalin dan menenun. Apabila udara kering selaput dapat lepas dari daun dan pecah menjadi bagian-bagian kecil yang terhembus angin dan beterbangan kemana-mana. Cendawan ini berkembang biak pada musim kemarau, sedang pada musim hujan berkurang, karena embun madunya tidak banyak. Tanaman di bawah naungan intensitas serangannya cenderung lebih besar.

4) Pengendalian

Kultur teknis

Mengurangi kelembaban kebun dengan mengatur jarak tanam dengan cara memangkas tanaman atau tunas yang tidak produktif.

Mekanis

- Memangkas daun yang terserang dan memusnahkannya

- Mengurangi populasi kutu daun penghasil sekresi sebagai media pertumbuhan cendawan.

Kimiawi

Sebelum aplikasi fungisida dilakukan pemantauan OPT, dan aplikasinya apabila diperlukan. Pestisida yang telah terdaftar dan diizinkan Menteri Pertanian untuk OPT melati belum ada, namun demikian untuk sementara dapat menggunakan fungisida sebagai-mana tercantum dalam lampiran.

Teknologi produksi Markisa

I. PENDAHULUAN

Markisa merupakan tanaman khas Sulawesi Selatan yang telah popular hingga kemancanegara. Buahnya mengandung berbagai zat gizi yang diperlukan untuk kesehatan.

Di Sulawesi Selatan terdapat 25.399 ha lahan yang potensial untuk pengembangan markisa, namun baru 4.411 ha yang ditanami dengan produksi 34.226 ton. Upaya untuk meningkatkan produktifitas markisa terus dilakukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri pengolahan markisa yang terus meningkat setiap tahun.

II. TEKNOLOGI PERBANYAKAN TANAMAN

1. Perbanyakan dengan biji

Tanaman markisa biasanya tumbuh dari biji. Untuk memperoleh bibit yang baik dari biji, diperlukan buah yang matang dipohon dengan cirri-ciri kulit buah berwarna keungu-unguan atau kira-kira 75 % ungu (jenis passiflora edulis Sims), berwarna kekuning-kuningan atau kira-kira 60 % kuning untuk jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan matang sempurna sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan, maka akan berkecambah Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji dibersihkan dan disimpan akan menurunkan daya kecambah.

Persemaian dapat dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung kebutuhan. Bak semai dapat terbuat dari kayu atau bak plastic. Bedengan dengan lebar 1 m, panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan. Media pesemaian dapat berupa campuran pasir/sekam + pupuk kandang + tanah dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Pada media pesemaian dibuat larikan-larikan kecil berjarak + 7-10 cm. Jarak semai di dalam larikan diusahakan tidak terlalu rapat (3-4 cm). Tempat pesemaian diberi naungan untuk melindungi bibit dari sinar matahari dan hujan yng berlebihan. Pada umur 4 minggu setelah semai, bibit disapih atau dipindahkan kekantong plastic hitam (polybag) berukuran 10 x 15 cm yang berisi media pupuk kandang dan tanah dengan perbandingan 2 : 1. Pada tiap polibag ditanam 1 bibit. Bibit tersebut ditempatkan ditempat teduh dan disiram setiap hari.

2. Perbanyakan dengan Grafting

Selain dengan biji, markisa juga dapat diperbanyak dengan cara, grafting (sambung), atau stek. Bagian tanaman yang akan dijadikan stek baiknya diambil dari tanaman yang cukup tua dan berkayu, ruasnya 3-4. Bibit dari stek yang berakar siap ditanam pada umur 90 hari. Pengakaran stek dapat dipercepat dengan perlakuan hormon.

Penyambungan memegang peranan penting terutama dalam melestarikan spesies-spesies hibrida dn mengurangi kerusakan Karen serngan nematode dan penyakit dengan menggunkan batang baeaw jenis markisa P. flavicarva. Mata tunas (entries) diambil dari cabang yang sehat, sebaiknya dari tanaman yang sudah tua. Diameter entries disesuaikan dengan diameter batang bawah. Cara penyambungannya dapat dengan sambungan celah atau sambungan samping.

III. MANAJEMEN KEBUN TANI TANAMAN
1. Pemilihan kebun

Kebun yang akan ditanami markisa hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan agroekologi varietas yang akan ditanam. Letaknya dipilih yang strategis, mudah dijangkau, pengangkutan sarana produksi dapat dilakukan dengan mudah, dekat dengan pasar, tenaga kerja didaerah tersebut cukup tersedia, dan dekat dengan sumber air. Kalau kondisi ini terpenuhi, maka biaya produksi dapat ditekan.

2. Penyiapan lahan

Lahan yang akan ditanami markisa, terlebih dahulu dibersihkan dari tanaman pengganggu atau gulam. Pada lahan yang kelerengannya >15 %, pembersihan gulam perlu dilakukan secara hati- hati karena peluang terjadinya erosi cukup tinggi. Pengolahan tanah sebaiknya dilakukan mengikuti garis contour dan dilakukan seminimal mungkin (minimum tillage). Pada tempat- tempat tertentu dibuat teras dan sebaiknya diatasnya dapat ditanami tanaman penguat teras atau pecan ternak seperti rumput gajah, rumput raja , gamal, yang sekaligus dapat mencegah erosi.

3. Jarak tanam

Setelah tanaman pengganggu dibersihkan, selanjutnya dibuat lubang tanam dengan jarak 3x3m atau 2x4m , atau 3x5m tergantung pola tanam nya. Bila akan dilakukan penanaman tanaman sela diantara tanaman markisa maka sebaiknnya dipakai jarak tanam renggang, misalnya 3x4m, 3x5m. bila markisa ditanam secar monokultur, maka dipakai jarak tanam rapat, misalnya 2x3m. lubang tanam dibuat mengikuti garis contour(tanah berlereng). Tanah digali dengan ukuran 50x40x40 cm. tanah bagian atas dicampur dengan pupuk kandang ± 20kg, kemudian dimasukkan kedalam lubang kembali dan dibiarkan selama beberapa hari.

Penanaman sebaiknnya dilakukan pada musim hujan untuk menghindari terjadinya styress karena kekurangan air. Selama tanaman masih muda (0-7)bulan, pada setiap pohon diberi ajir dan diikat dengan tali rafiah pada ajir terebut. Penyiraman disesuaikan dengan keadaan cuaca.

4. Pengairan

Pada musim kemarau, tanaman perlu diairi sehingga tanaman tetap dapat berbuah. Pada lahan dengan pengairan teknis pengairan dapat dilakukan dengan penggenangan sampai kira- kira mencapai kapasitas lapang, dilakukan sekali seminggu. Sedang pada lahan yang tidak tersedia pengairan teknis, pengairan dapat dilakukan dengan membuat tempa- tempat penampungan air, seperti kolam, drum, kemudian diambil dengan ember dengan volume penyiraman 5-7 liter per pohon, dilakukan dua kali seminggu.

5. Pemupukan
Agar produktivitas tanaman markisa dapat dipertahankan (jumlah dan kualitas), diperlukan hara tambahan, baik melalui tanah maupun lewat daun. Karena dalam 2 sampai 3 tahun, produktivitas tanaman akan menurun bila tidak dilakukan suplai hara. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam memupuk tanaman markisa adalah :
a. Umur dan fase pertumbuhan tanaman
b. Kesuburan tanah yang akan dipupuk.dalam hal ini diperlukan data hasil analisis tanah pada lokasi penanaman.
Kedua faktor tersebut akan menentukan tingkat efektifitas pemupukan, karena terkait dengan jenis, jumlah, cara dan waktu pemberian pupuk. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman markisa memerlukan pupuk organic dan anorganik (buatan). Jenis, dosis, waktu dan cara aplikasi pupuk yang dianjurkan pada tanaman markisa asam (passiflora edulis sims) dicantumkan pada tabel berikut :
Jenis Pupuk Dosis / Tahun Waktu Aplikasi Cara Aplikasi
Pupuk Kandang 10 kg / pohon 2 minggu sebelum tanam Dicampur dengan tanah saat menggali lubang tanam
NPK (15:15:15) 1.000 g/ pohon 3 kali setahun (selang 4 bulan) Diberikan melingkari lubang tanaman ± 20 cm dari pohon
Urea 500 g /pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) Diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon
TSP 400 g / pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) Diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon
KCL 300 g/ pohon 2 kali setahun (awal dan akhir musim hujan) Diberikan dalam larikan ± 15 cm dari pohon
Pupuk Kandang 50-75 kg / pohon Awal musim hujan Disebarkan dekat pohon
Urea 300 g/ pohon Awal musim hujan Dalam larikan
KCL 150 g/ pohon Awal musim hujan Dalam larikan


6. Pembuatan Para- Para

Tanaman markisa merupakan tanaman merambat. Oleh karena itu untuk memperoleh produksi yang optimal, diperlukan rambatan (para- para) yang sesuai. Para- para ini dapat dibuat dari bambu (batang, tajuk) atau kawat dengan menggunakan sistem T (gambar 3). Pada pertanamn dipekarangan, sebaiknya ramabatan dibuat dengan sistem para- para. Ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk pertanaman skala luas, tiang rambatan sebaiknya dipakai tiang- tiang dari kayu yang tahan terhadap hujan dan tidak disukai rayap atau dapat pula dipakai kayu hidup seperti gamal/glirisida. Tinggi tiang ± 2,5 m dan ditanam di dalam tanah sedalam 50 cm.jarak antara satu tiang dengan tiang berikutnya 3-5 m.

7. Pemangkasan

Pemangkasan pada tanaman markisa memegang peranan penting karena dengan pemangkasan produktivitas tanaman dapat ditingkatkan. Pemangkasan hendaknya dipilih pada waktu pertumbuhan baru terlihat (keluar tunas pada pucuk baru). Selanjutnya setelah buah dipungut, pemangkasan dilakukan pula untuk membuang cabang- cabang yang mati dan daun- daun yang kering. Pemotongan cabang yang panjang perlu pula dilakukan, terutama untuk meransang keluarnya cabang buah lebih banyak. Cabang yang dibiarkan tumbuh adalah 4 cabang utama. Pemangkasan ini dimaksudkan agar tanaman markisa dapat gerbunga dan berbuah secara terus- menerus.

8. Pola Tanam

Meskipun dapat ditanam secara monokultur, akan tetapi lebih menguntungkan dilakukan penanaman dengan cara tumpang sari antara markisa dengan tanaman sayuran. Beberapa jenis tanaman sayuran yang cocok diusahakan diantara tanaman markisa adalah tomat, kentang, kubis, buncis, brokoli, dengan R/C ratio masing- masing secara berturut- turut 1,26:1,21:1,44:1,47:dan 1,44.
9. Hama, Penyakit dan Pengendaliannya
A. Hama
Hama yang banyak menyerang tanaman markisa adalah:
a. Kutu Daun (Macrosphun sp)
Kutu berwarna hijau dengan bagian kepala berwarna merah kekuning- kuningan, dada berwarna coklat dan pada bagian punggung terdapat garis melintang kebelakangberwarna hijau gelap. Kutu berukuran kecil, panjang tubuh berkisar 2-2,5 mm. kutu menerang tunas atau daun- daun muda dengan cara mengisap cairan tanaman, sehingga helaian daun mengalami perubahan bentuk, memilin dan berkeriput.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan tanaman yang baik, misalnya dengan pemupukan yang tepat dan berimbang.
b. Hama Pemakan Daun
Bentuk kepala memanjang menyerupai moncong, alat mulutnya terdapat pada moncong tersebut. Kumbangnya berukuran kecil, panjang tubuh kira- kira 5-10 mm, berwarna hitam kebiru- biruan. Kumbang ini memakan tunas- tunas daun muda sehingga daun berlubang- lubang.
c. Kutu Buluh Putih
Kutu buluh putih menyerang batang dan ranting- rnting tanaman. Kutu buluh putih secara bergerombol menyelimuti seluruh permukaan tanaman yang terserang dan secara langsung mengisap cairan tanaman pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan pemeliharaan tanaman yang teratur.

B. Penyakit
Penyakit utama yang menyerang tanaman markisa adalah :
1. Penyakit Bercak Coklat (Alternaria passiflorae)

Penyakit ini pertama kali dilaporkan menyerang tanaman markisa diindonesia pada tahun 1964. Patogen menyerang batang, cabang, tangkai daun, daun dan buah. Serangannya ditandai oleh adanya bercak bercak coklat pada bagian tanaman yang terserang. Pada daun mula-mula terdapat bercak kecil, bulat berwarna coklat tua dan tembus cahaya, kemudian membesar, bagian tengahnya berwarna coklat muda. Pusat bercak menunjukkan gejala nerkotik dan warnanya berubah jadi besar. Pada serangan yang berat dapat menyebabkan tanaman gundul karena daunnya gugur. Pada batang/cabang yang terserang jug timbul bercak berwarna coklat dan memanjang. Jika bercak ini mengelilingi batang, maka cabang yang lebih muda disebelahnya akan mongering dan mati. Buah yang terinfeksi juga terdapat bercak berwarna coklat dan bagian yang terserang menjadi busuk. Konidium Alternaria passiflorae dapat disebarkan melalui angin atau hujan dari buah, daun yang sakit atau yang gugur.
Patogen ini sangat cepat berkembang apabila cuaca lembab dan panas. Di Kabupaten Gowa dan Sinjai serangan berat biasanya terjadi menjelang musim hujan dan pada musim hujan. Pada waktu menjelang musim hujan, kelembaban udara cukup tinggi karena mendung, tetapi hujan belum turun. Menurut pengalaman petani searngan penyakit ini menyebabkan tanaman cepat mati (umur 3 tahun) dan produksinya dapat menurun hingga 40 %. Tingkat serangan penyakit ini cukup tinggi yaitu mencapai 60%. Dari 6 kultivar (umur 6 bulan) yang ditanam dikabupaten sinjai (1500 m dari permukaan laut), nampaknyan hanya kultivar ungu gowa dan ungu sinjai yabg kurang terserang(kurang dari 10%). Sedang kultivar ungu polmas, ungu brastagi, ungu toraja, dan ungu enrekang terserang lebih dari 50%.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan : (a) mengatur tajuk tanaman agar tidak terlalu rapat dengan p[emangkasan yang teratur, (b) memangkas/membuang bagian tanaman yang terserang kemudian membakarnya (c) pemakaian fungisida meneb + zineb, menkozeb dengan konsentrasi 0.25%.
2. Penyakit Embun Jelaga (Capnadium sp)
Cendawan capnadium sp ini membentuk lapisan berwarna hitam, kering, tipis, merata sehingga permukaan daun tertutup. Pathogen ini secara langsung tidak mengakibatkan kerugian yang berarti bagi tanaman, tetapi dapat mneghambat terjadinya aktivitas yang berlangsung pada daun seperti fotosintesis dan transpirasi sehingga perkembangan tanaman terhambat.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan sanitasi kebun dan penggunaan rambatan dan pemangkasan agar tajuk tanaman tidak saling menaungi.
3. Penyakit Bercak Diplodia (Diplodia sp)
Pada tanaman yang terserang, terutama pada batang terdapat bercak- bercak coklat yang menyebabkan batang kering dan buah menjadi keriput. Tangkai buah yang terserang berwarna coklat tua dan membusuk. Pembusukan lebih lanjut pada permukaan bagian tanaman yang terserang menyebabkan terbentuknya banyak badan buah jamur yang membentuk spora berwarna hitam. Pembusukan yang terjadi pada buah mengakibatkan buah menjadi lunak dan berair. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan membuang bagian tanaman yang terserang dan dibakar.
4. Penyakit busuk pangkal batang
Beberapa jenis cendawan yang dilaporkan menyebabkan penyakit busuk pangkal batang (coolar rot) di malysia,fuji, queesland, adalah phitophora cinnamomi dan p. nicotianae B de Han Var. parastica. Di indonesia penyakit ini ditemukan di sumatera utara. Tanaman yang terserang layu, menguning dan daun- daunnya gugur. Kulit pangkal batang diatas permukaan tanah pecah- pecah. Jika kulit dikelupas, tampak adanya pembusukan yang berwarna coklat kemerahan yang meluas keatas. Cendawan ini terutama menyerang dikebun- kebun yang berdrainase jelek. Cendawan menginfeksi akar- akar yang halus dengan spora kembara, atau dapat juga terjadi pada pangkal batang diatas permukaan tanah melalui luka- luka karena alat- alat pertanian. Penyakit ini dapat dikendalikan dengan (a) pembuatan saluran drainase sehingga air tidak tergenang (b) sanitasi kebun (c) penggunaan para- para dari pucuk bambu dan dikombinasikan dengan fungisida provineb 56% + oksidil 10%.
5. Antraknose pada Daun (gloesporium sp)
Serangan dimulai pada pinggir daun dengan gejala daun menguning, kemudian berubah warna menjadi putih kelabu pada sebagian besar tepi daun, sehingga dun kelihatan seperti terbakar. Pada permukaan daun terdapat bintik- bintik hitam yang merupakan aservuli cendawan yang dalam suasana lembab akan membentuk massa konidium. Dibawah mikroskop terlihat cendawan dengan ciri konidium berbentuk oval, bening dan bersel satu.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan mencegah kelembaban yang terlalu tinggi pada tanaman,misalnya dengan pembuatan para- para yang baik dan jarak tanam yang tidak rapat.
6. Periconia sp
Cendawan ini mempunyai konidia yang berwarna gelap, berbentuk panjang, lurus, dan bersel satu. gejala serangan ditandai dengan adanya bercak- bercak kuning pada batang yang akhirnya berwarna cokolat. Cendawan ini bersifat parasit atau saprofit pada berbagai jenis tanaman.
7. Penyakit Buah Berkayu
Pada tanaman yang terserang nampak gejela pada daun- daun muda yaitu belang- belang hijau atau kuning, berpola mosaik atau bercak cincin atau kadang- kadang berlubang. Daun ukurannya lebih kecil dari biasanya. Buah menunjukkan gejela berkayu, lebih kecil, permukaannya kasar dan tertutup oleh tonjolan- tonjolan bergabus. Penyakit yang disebabkan oleh virus ini dapat menular melalui alat alat pertanian, serangga maupun gulma.
Penyakit dapat dikendalikan dengan (a) membersihkan (sanitasi) gulma didalam ataupun di sekitar kebun unutk mengurangi sumber inokulum (b) pembibitan jauh dari kebun markisa, atau tanaman kacang maupun tanaman labu.
IV. PEMANENAN
Panen dilakukan setelah buah berumur 120-140 hari sejak bunga muncul atau 85-95 setelah bunga mekar (p. edulis sims). Indicator yang dapat dipakai unutk menentukan tingkat ketuaan buah adalah :
1. Warna kulit buah telah berubah dari hijau ungu menjadi kuning (passiflora vlaficarva)
2. Buah muda yang berwarna hijau muda berubah menjadi hijau kekuning kuningan.
Selain dengan warna kulit buah, saat panen yang tepat dapat ditandai dengan mengerutnya tangkai buah dan keluarnya warna yang khas.

Membuat Sari Buah Markisa

Tanaman markisa berasal dari Brasil, yang menyebar sampai ke Indonesia. Di negara asalnya Markisa tumbuh liar dihutan-hutan basah yang mempunyai ratusan Species Passiflora. Di Indonesia, markisa terutama ditemukan di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Sulawesi Selatan.

Empat jenis markisa yang dibudidayakan di Indonesia adalah markisa ungu ( Passiflora edulis var. edulis), markisa konyal (Passiflora lingularis ), markisa kuning (Passiflora edulis var. flavicarpa) dan markisa erbis (Passiflora quadrangularis). Markisa ungu banyak dikembangkan di Sumatera Utara dan Sulawesi Selatan.

Buah markisa kaya vitamin khususnya vitamin C dan vitamin A. Passiflorance yang dikandungnya berkhasiat untuk mengendorkan urat syaraf.

Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, daging buah ini juga bisa diolah menjadi sari buah. Sari buah adalah cairan yang diperoleh dengan memeras buah, baik disaring ataupun tidak, yang tidak mengalami fermentasi dan dimaksudkan untuk minuman segar yang langsung diminum. Sari buah markisa memiliki aroma yang keras dan khas dengan rasa yang asam. Jika ditambah pemanis (gula) dan diencerkan maka rasanya akan sangat enak dan cocok untuk dicampur dengan sari buah lainnya.

Cara pembuatan sari buah markisa adalah sebagai berikut:

- ; Pilih buah markisa yang matang dan tidak cacat, cuci bersih dan tiriskan.

- ; Potong buah dengan pisau stainless steel, lalu kerok isinya dengan sendok.

- ; Hancurkan isi buah dengan mixer, lalu disaring dengan kain saring kasar (yang berlubang-lubang besar).

- ; Hasil saringan diblender untuk menghaluskan partikel-partikel dan serat buah, kemudian disaring kembali dengan kain saring halus.

- ; Pada tahapan diatas, dapat ditambahkan air matang (air yang telah direbus) untuk mengencerkan sari buah. Jumlah air seitar 3 x berat hancuran buah. Air yang terlalu banyak menyebabkan sari buah encer dan flavor markisa menjadi lemah.

- ; Tambahkan gula pasir, CMC, dan Na benzoat kedalam sari buah, lalu diaduk rata.

- ; Panaskan sari buah hingga mencapai suhu 800C – 850C selama 10 menit.

- ; Tuangkan ke dalam wadah (botol) dalam kondisi panas, botol yang telah diisi langsung ditutup dalam kondisi panas.

- ; Botol yang telah berisi sari buah markisa kemudian dipanaskan dalam air mendidih selama 30 menit.

- ; Setelah pemanasan selesai, botol diangkat dan didinginkan.

Markisa

Diambil dari http://www.iptek.net.id/ind/teknologi_pangan/index.php?id=241
Deskripsi

Buah: Buah konyal rasanya manis. Setelah masak buahnya berwarna kuning. Daun dan batang Daun markisa lebar, ada yang bercanggap menjari, tetapi ada pula yang tidak. Markisa mempunyai batang kecil, langsing, dan panjang sekali. Batangnya merambat dengan bantuan sulur berbentuk pilin (spiral).
Akar Semua tanaman markisa mempunyai akar tunggang dan akar samping dangkal. Akar samping menyerupai serabut dan lunak.
Bunga Bunganya besar dan berbentuk mangkok. Warnanya keunguan dan harum. Bunganya berkelamin dua (hermafrodit) dan beraroma khas harum. Semua jenis markisa (Passiflora) termasuk penyerbuk silang dengan bantuan lebah madu. Namun, penyerbukan sendiri masih dapat berlangsung baik. Mempunyai mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan.

Manfaat

Buah markisa dapat dimakan langsung. Buahnya dapat dibuat minuman markisa yang tahan lama.

Syarat Tumbuh

Sebetulnya semua jenis markisa lebih cocok tumbuh di dataran tinggi 1000-2000 m dpl dengan tipe iklim basah. Markisa Konyal dapat ditanam di dataran rendah hingga 600 m dpl dengan tipe iklim basah.

Pedoman Budidaya

Perbanyakan tanaman Markisa ditanam dengan biji dan setek cabang. Setek ditanam di persemaian. Bila bibit berasal dari biji, sebaiknya biji disemaikan lebih dulu. Bibit dapat ditanam di kebun setelah mencapai ketinggian lebih dari 50 cm (berdaun 3-4 helai). Markisa dapat disambung. Batang bawah digunakan semai markisa rola atau konyal berdaun empat. Budi daya tanaman Tanah dicangkul dengan baik agar gulma dan alang-alang yang tumbuh hilang hingga ke akar-akarnya. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 40 cm x 40 cm dengan kedalaman 30-40 cm. Setiap lubang diberi pupuk kandang yang telah matang sebanyak 10 kg. Bibit yang telah cukup umur ditanam dalam lubang. Jarak antar lubang tanam 2 m x 5 m. Bibit dalam polibag sebaiknya ditanam pada akhir musim hujan (menjelang musim kemarau). Penanaman markisa pada akhir musim kemarau (menjelang musim hujan) akan memperlambat umur berbunga, yakni setelah 10-12 bulan. Penanaman pada akhir musim hujan menyebabkan tanaman akan berbunga pada umur sekitar enam bulan. Tanaman markisa dapat dirambatkan pada pohon hidup atau kayu Gliricidia. Markisa yang dirambatkan dengan sistem pagar produksinya lebih tinggi.

Pemeliharaan

Pemupukan dengan NPK (15:15:15) sebanyak 25-100 g per tanaman, tergantung umurnya. Dianjurkan perambatan dengan sistem pagar. Jaraknya 3 m agar pengaturan cabang lebih mudah dan dapat dikombinasi dengan tanaman lain (misalnya kopi). Sebagai tiang pagar dapat digunakan tanaman hidup (Gliricidia, kayu jaran Lannea grandis). Untuk menjalarkan batang markisa digunakan kawat yang dibentangkan mendatar seperti pada perambatan tanaman anggur. Setelah bibit yang ditanam di sepanjang pagar (jarak 2-3 m) mencapai bentangan kawat terbawah, ujung bibit segera dipotong. Dari tunas yang tumbuh, dipilih tiga tunas yang kekar. Dua tunas dijalarkan pada bentangan kawat terbawah dan satu lagi dibiarkan tumbuh mencapai bentangan kawat di atasnya. Pekerjaan seperti ini diulangi hingga semua kawat bentang dijalari oleh 1-2 tunas yang merupakan cabang buah. Bunga muncul pada ketiak daun, biasanya berdaun tunggal. Bila cabang-cabang buah belum berbunga maka ujung cabang perlu dipotong (dipotes). Buah akan bergantung pada kawat tersebut. Namun, petani di Indonesia tidak pernah melakukan pemangkasan seperti ini sehingga produksinya rendah.

Hama dan Penyakit

Hama yang biasa menyerang tanaman markisa adalah lalat buah Dacus dorsalis dan nematoda bengkak akar yang disebabkan oleh Meloidogyne incognita. Kutu daun kuning Myzus persicae dan kutu putih Aphis gossypii sering terdapat pada daun. Hama ini dapat diatasi dengan semprotan insektisida Tamaron 0,2%. Penyakit yang biasa mengancam tanaman markisa adalah mati pucuk Phytophthora parasitica, penyakit layu Fusarium passiflorae, dan penyakit busuk leher akar (damping-offi pada bibit di persemaian yang disebabkan oleh cendawan Rhizoctonia solani. Kondisi lahan yang basah merangsang tumbuhnya penyakit-penyakit tersebut. Bila belum terlambat, penyakit ini dapat diatasi dengan Benlate 0,2% atau lisol 10-50%.

Panen dan Pasca Panen

Buah markisa harus dipanen setelah matang pohon, yakni setelah berwarna kuning dan timbul aroma harum. Buah yang masih muda (warnanya hijau) sebaiknya tidak dipanen karena mutunya rendah.

BUDIDAYA MARKISA

BUDIDAYA MARKISA; Pemangkasan Perbanyak Hasil Panen
12/09/2008 08:50:27 Kedaulatan Rakyat, BUAH markisa mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, karena dapat dijadikan minuman segar yang menyehatkan. Sari buahnya sehat dikonsumsi segala usia, karena mengandung vitamin C dan antioksidan. Markisa unggu (Passiflora edulis) cocok ditanam di dataran tinggi dan markisa kuning (Passiflora flavicarva) di dataran rendah. Sedangkan di pulau Sumatera dikenal markisa jenis Passiflora edulis forma flavicarva yang rasanya manis.
“Menanam markisa tidaklah sulit. Perawatannya mudah. Kita bisa menanamnya di lahan kosong. Misalnya di halaman depan atau belakang rumah,” jelas Vlorianus Ventures Gani (42), yang biasa dipanggil Ventus, pembudidaya buah markisa di Dusun Tebanan, Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman.
Markisa berdaun lebar, batangnya kecil, langsing dan panjang. Hidupnya merambat dengan bantuan sulur berbentuk spiral. Sedangkan bunganya hermafrodit (berkelamin dua) dan baunya harum. Penyerbukannya silang dengan atau tanpa bantuan lebah madu.
Tanaman markisa termasuk tanaman yang tidak tahan terhadap kondisi lahan yang basah. “Bibitnya dapat mengunakan biji atau stek batang, yang sebaiknya disemaikan dahulu. Dipindahkan setelah tingginya lebih dari 0,5 meter atau sudah berdaun 3-4 helai,” papar Ventus. Lahan yang akan digunakan sebaiknya terbuka, dicangkul untuk menghilangkan gulma dan alang-alang. Selanjutnya dibuat lubang berukuran 40 cm X 40 cm, kedalamannya 30-40 cm. Lalu diberi pupuk kandang kira-kira 10 kg. Jarak tanam antar pohon berkisar 2 kali 5 meter.
“Waktu penanaman paling baik dilakukan menjelang musim kemarau. Sebab biasanya bunganya cepat keluar, kira-kira enam bulan. Kalau di tanam menjelang musim hujan, bunga akan keluar menjelang bulan ke sepuluh hingga 12,” kata Ventus.
Tanaman markisa dapat dirambatkan pada pohon hidup atau kayu Gliricidia. Markisa yang dirambatkan dengan sistem pagar produksinya lebih tinggi. Untuk menjalarkan batang markisa, digunakan kawat yang dibentangkan mendatar seperti pada perambatan tanaman anggur. Pemeliharaannya dengan pemberian pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 25-100 g per tanaman, tergantung umurnya.
Setelah bibit yang ditanam di sepanjang pagar (jarak 2-3 m) mencapai bentangan kawat terbawah, ujung bibit segera dipangkas. Dipilih tiga tunas yang kekar. Dua tunas dijalarkan pada bentangan kawat terbawah dan satu lagi dibiarkan tumbuh mencapai bentangan kawat di atasnya.

Kamis, 25 September 2008

Tomat

Setelah bingung mo nanam apa, sekarang sudah dapet Project T nya :)
Tomat !
Itu dia project awal Sayuran dalam Pot, kalo tabulampot sih sudah banyak, cuman hasilnya lama nunggu tahunan, kalo sayuran dalam hitungan bulan bisa dinikmati atau bahkan minggu.
Mulai cari bibitnya gampang tinggal ambil satu biji di dapur disemai deh ....

Next time kita lihat hasilnya seperti apa Tomat J 27 :P

Senin, 22 September 2008

Project T

Hmmmm

gara gara kemarin nungguin bubu and gaf makan di pelangi, iseng2 baca buku di Gramedia, lumayan dapet ilmu tapi ga bayar :)
Disana ada buku tantang Sayuran di pot wah bagus juga penataannya cocok nih buat di rumah terutama buat nemenin pohon mangga di luar

hmm cuman masih bingung nih mo nanam apa disana, bahan2nya sih cukup kumplit, talang air bakal pot sudah siap,

Tinggal bikin rak nya saja.

Tadi pagi sudah di tanam buat nemenin si mangga, melon apel moga saja cepet berbuah yach ...

Pestisida Alami

Penggunaan pestisida buatan yang memakai bahan kimia
memang berbahaya bagi manusia. Kita sering merasa
waswas bila anak kita akan bisa menjangkaunya. Nah,
semoga artikel tentang pembuatan pestisida alami ini
dapat membantu memecahkan persoalan Anda (petani)
dalam melindungi kebun (lahan pertanian) sekaligus
keluarga.

Mimba (Azadiracta indica)
Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan mengambil 2
genggam bijinya, kemudian ditumbuk. Campur dengan 1
liter air, kemudian diaduk sampai rata. Biarkan
selama 12 jam, kemudian disaring. Bahan saringan
tersebut merupakan bahan aktif yang penggunaannya
harus ditambah dengan air sebagai pengencer.
Cara lainnya adalah dengan menggunakan daunnya
sebanyak 1 kg yang direbus dengan 5 liter air.
Rebusan ini diamkan selama 12 jam, kemudian saring.
Air saringannya merupakan bahan pestisida alami yang
dapat digunakan sebagai pengendali berbagai hama
tanaman.

Tembakau (Nicotium tabacum)
Tembakau diambil batang atau daunnya untuk digunakan
sebagai bahan pestisida alami. Caranya rendam batang
atau daun tembakau selama 3 - 4 hari, atau bisa juga
dengan direbus selama 15 menit. Kemudian biarkan
dingin lalu saring. Air hasil saringan ini bisa
digunakan untuk mengusir berbagai jenis hama tanaman.

Tuba, Jenu (Derriseleptica)
Bahan yang digunakan bisa dari akar dan kulit kayu.
Caranya dengan menumbuk bahan tersebut sampai
betul-betul hancur. Kemudian campur dengan air untuk
dibuat ekstrak. Campur setiap 6 (enam) sendok makan
ekstrak tersebut dengan 3 liter air. Campuran ini
bisa digunakan untuk mengendalikan berbagai jenis hama
tanaman.

Temu-temuan (Temu Hitam, Kencur, Kunyit)
Bahan diambil dari rimpangnya, yang kemudian ditumbuk
halus dengan dicampur urine (air kencing) sapi.
Campuran ini diencerkan dengan air dengan perbandingan
1 : 2 - 6 liter. Gunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis serangga penyerang tanaman.

Kucai (Allium schonaoresum)
Kalau menggunakan kucai, cara meramunya adalah dengan
menyeduhnya, yang kemudian didinginkan. Kemudian
saring. Air saringannya ini mampu untuk memberantas
hama yang biasanya menyerang tanaman mentimun.

Bunga Camomil (Chamaemelum spp)
Bunga yang sudah kering diseduh, kemudian dinginkan
dan saring. Gunakan air saringan tersebut untuk
mencegah damping off atau penyakit rebah.

Bawang Putih (Allium sativum)
Bawang putih, begitu juga dengan bawang bombai dan
cabai, digiling, tambahkan air sedikit, dan kemudian
diamkan sekitar 1 jam. Lalu berikan 1 sendok makan
deterjen, aduk sampai rata, dan kemudian ditutup.
Simpan di tempat yang dingin selama 7 - 10 hari. Bila
ingin menggunakannya, campur ekstrak tersebut dengan
air. Campuran ini berguna untuk membasmi berbagai
hama tanaman, khususnya hortikultura.

Abu Kayu
Abu sisa bakaran kayu ditaburkan di sekeliling
perakaran tanaman bawang bombay, kol atau lobak denga
tujuan untuk mengendalikan root maggot. Abu kayu ini
bisa juga untuk mengendalikan serangan siput dan ulat
grayak. Caranya, taburkan di sekeliling parit
tanaman.

Mint (Menta spp)
Daun mint dicampur dengan cabai, bawang daun dan
tembakau. Kemudian giling sampai halus untuk diambil
ekstraknya. Ekstrak ini dicampur dengan air
secukupnya. Dari ekstrak tersebut bisa digunakan
untuk memberantas berbagai hama yang menyerang
tanaman.

Kembang Kenikir (Tagetes spp)
Ambil daunnya 2 genggam, kemudian campur dengan 3
siung bawang putih, 2 cabai kecil dan 3 bawang
bombay. Dari ketiga bahan tersebut dimasak dengan air
lalu didinginkan. Kemudian tambahkan 4 - 5 bagian
air, aduk kemudian saring. Air saringan tersebut
dapat digunakan untuk membasmi berbagai hama tanaman.

Cabai Merah (Capsium annum)
Cara pembuatannya dengan mengeringkan cabai yang basah
dulu. Kemudian giling sampai menjadi tepung. Tepung
cabai tersebut kalau dicampur dengan air dapat
digunakan untuk membasmi hama tanaman.

Sedudu
Sedudu (sejenis tanaman patah tulang) diambil
getahnya. Getah ini bisa dimanfaatkan untuk
mengendalikan berbagai hama tanaman.

Kemanggi (Ocimum sanetu)
Cara pembuatannya: kumpulkan daun kemangi segar,
kemudian keringkan. Setelah kering, baru direbus
sampai mendidih, lalu didinginkan dan disaring. Hasil
saringan ini bisa digunakan sebagai pestisida alami.

Dringgo (Acarus calamus)
Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi
tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya.
Campuran antara tepung dan air tersebut dapat
digunakan sebagai bahan pembasmi serangga.

Tembelekan (Lantara camara)
daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar.
Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang
terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun
pengerek daun.

Rumput Mala (Artimista vulgaris)
Caranya bakar tangkai yang kering dari rumput
tersebut. Kemudian manfaatkan asap ini untuk
mengendalikan hama yang menyerang suatu tanaman.

Tomat (Lycopersicum eskulentum)
Gunakan batang dan daun tomat, dan dididihkan.
Kemudian biarkan dingin lalu saring. Air dari
saringan ini bisa digunakan untuk mengendalikan
berbagai hama tanaman.

Gamal (Gliricidia sepium)
Daun dan batang gamal ditumbuk, beri sedikit air lalu
ambil ekstraknya. Ekstrak daun segar ini dan batang
gamal ini dapat digunakan untuk mengendalikan berbagai
jenis hama tanaman, khususnya jenis serangga.

Bunga Mentega (Nerium indicum)
Gunakan daun dan kulit kayu mentega dan rendamlah
dalam air biasa selama kurang lebih 1 jam, kemudian
disaring. Dari hasil saringan tadi dapat digunakan
untuk mengusir semut.